SELAMAT DATANG DI BLOG SMP MARSUDIRINI SURAKARTA

20100124

Saya yakin bahwa saya menyentuh Kristus dalam rupa seorang kusta. Keyakinan itulah yang memberikan keberanian kepada saya”

Perempuan Eropa itu mengenakan kain sari , pakaian perempuan India , plus kerudung dengan salib kecil di dada sebelah kiri. Ia berjalan di sepanjang jalan daerah kumuh di Calccuta. Pemandangan di jalan itu memilukan . Ia melihat seorang perempuan yang sedang sekarat di tempat sampah. Tubuhnya sudah digerogoti tikus dan dikeurbuti semut. Perempuan itu sudahlebih menyerupai bangkai daripada manusia. Satu-satunya tanda kehidupan yang ada padanya hanyalah keluhan yang lemah hamper tidak terdengar. Ia berkata lirih, “ Anak saya yang membuang saya di tempat ini
“. Perempuan Eropa dengan kain sari plus kerudung kebiaraan siapa lagi kalu bukan Ibu Teresa. Ia membungkuk dan mengangkat tubuh yang sudah setengah bangkai itu. Ia membopongnya dalam gedongannya dan mencari rumah sakit terdekat untuk minta bantuan. Ia memang sampai di rumah sakit, tetapi jawabannya sudah bias diduga. Tidak ada tempat untuk mahluk malang itu , yang pasti tidak bisa melunasi ongkos perawatan.
Ibu Teresa bertahan. Ia tidak mau beranjak mundur dari situ sebelum orang yang sedang sekarat itu diterima dan dirawat. Akhirnya , perempuan itu diterima, meskipun nyawanya memang tidak bisa diselamatkan.
Kejadian itu bukanlah satu-satunya. Para gelandangan mati di jalan-jalan di Calccuta dan tidak satu hati pun yang terharu menyaksikannya. Akan tetapi, Ibu Teresa tak bisa tinggal diam. Ia mengumpulkan mereka, tetapi di mana harus ditampung ? Rumah sakit tidak punya tempat unutk mereka itu, yang betul-betul sakit . Ia pun menghadap Departemen Kesehatan Kota untuk minta tempat penampungan. Pemerintah kota mengijinkan dia memakai satu ruangan kosong yang bergandengan dengan kuil Dewi Kali, pelindung kota itu. Di situlah, orang-orang gelandangan ditampungnya. Ia memang yakin bahwa ia tidak mampu memulihkan nyawa semua orang itu, tetapi paling tidak, ia mau mendampingi mereka dengan penuh kasih agar mereka mati secara layak sebagi manusia dalam rangkulan seorang yang masih bias terharu dan bergetar hatinya karena kasih akan mereka. Hanya itu yang mau diberikan Ibu Teresa kepada mereka : hati yang bergetar dan kasih.
Yang dikerjakan Ibu Teresa dari Calccuta bukanlah sekedar karya social kemanusiaan seperti yang biasa dikerjakan juga oleh pemerintah, oleh orang Hindu dan Buddha, atau oleh para pembela hak-hak asasi manusia.Lebih dari itu. Apa yang dibuatnya adalah ibadat , penghayatan iman. “ Waktu saya menyentuh anggota badan seorang kusta yang seluruhnya bernanah, saya yakin bahwa saya sedang menyentuh tubuh Kristus, seperti ketika saya menyambut sakramen Tubuh-nya dalam Ekaristi. Saya yakin bahwa saya menyentuh Kristus dalam rupa seorang kusta. Keyakinan itulah yang memberikan keberanian kepada saya”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar