SELAMAT DATANG DI BLOG SMP MARSUDIRINI SURAKARTA

20100128

RAKER 7 DAN 8 AGUSTUS 2009

RAKER SMP MARSUDIRINI ST. THERESIA
SANGKALPUTUNG
KLATEN








20100127

PELATIHAN MEDIA BAHAN AJAR BERBASIS E-LEARNING


Pelatihan media bahan ajar berbasis e-learning
untuk Pendidikan Sekolah Menengah
Surakarta, 5 Desember 2009
dkv. UNS
Pelatihan Pembuatan Materi Bahan Ajar
Berbasis
Teknologi Informasi ( E-Learning ).


Dalam rangka peringatan 75 tahun karya pendidikan SMP Marsudirini St. Theresia, kami menyelenggarakan “ Pelatihan Membuat Program Pembelajaran berbasis Media Elektronik ” dalam upaya meningkatkan profesionalitas guru. Pelatihan dilaksanakan bekerja sama dengan Fakultas Sastra dan Seni Rupa. Kegiatan ini dilaksanakan pada :
hari, tanggal : Sabtu, 28 November 2009
waktu : Pukul 08.00 – 15.00 WIB
tempat : SMP Marsudirini St. Theresia Surakarta
Jalan Alor No 20 Surakarta
Acara : Pelatihan Pembuatan Materi Bahan Ajar Berbasis Teknologi Informasi
( E-Learning ).
Peserta : Suster Kepala Sekolah, para guru, dan karyawan.







PENERIMAAN SISWA BARU



















SMP MARSUDIRINI ST. THERESIA
Jalan Alor 20 Surakarta
Telp. ( 0271 ) 641351

Menerima pendaftaran siswa baru Tahun Pelajaran 2010/2011
Pendaftaran : Mulai bulan April 2010

Fasilitas SMP Marsudirini Surakarta

- Lab Bahasa Inggris
- Lab IPA dan Matematika
- Perpustakaan
- Ruang Multimedia
- Lapangan Basket













Ektrakurikuler SMP Marsudirini

- Basket & Bola Voly
- Band
- Tari Jawa
- Renang
- Koor
- Karawitan
- Modern Dance
- Drum band
















20100126

PASAR MURAH

Dalam rangka memperingati 75 tahun karya pendidikan SMP Marsudirini St. Theresia, diadakan kegiatan pasar murah pada hari Minggu, 24 Januari 2010, Pukul 08.00 s.d. 10.00 WIB, bertempat di RW 23 Kel. Semanggi, Kec. Pasar kliwon, Surakarta ( Halaman rumah Bp. Darman Hadi Martono, RW 23 ). Sasaran pasar murah yaitu warga kurang mampu di RW. 23 RT. 1, 2, 3, 4, dan 5 Kel. Semanggi dan Linmas Kel. Semanggi sebanyak 40 warga. Sekolah menyediakan 200 paket sembako. Harga Sembako :  Rp 30.000,00 dijual seharga Rp 15.000,00 per paket. Isi paket yaitu 2 kg beras, 500 gr gula pasir, 600 ml minyak goreng, 5 bungkus mie instan.

Sasaran pasar murah yaitu warga kurang mampu di RW. 23 RT. 1, 2, 3, 4, dan 5 Kel. Semanggi dan Linmas Kel. Semanggi sebanyak 40 warga. Sekolah menyediakan 200 paket sembako. Harga Sembako :  Rp 30.000,00 dijual seharga Rp 15.000,00 per paket. Isi paket yaitu 2 kg beras, 500 gr gula pasir, 600 ml minyak goreng, 5 bungkus mie instan.
Selasa, 19 Januari 2010, Surat pemberitahuan dan permohonan izin ke kalurahan dan ketua RW diantarkan oleh Ib. Th. Hendratri. Kartu/girik diserahkan kepada Bapak Lurah dan Bapak RW Jumat, 22 Januari 2010 oleh Ib. Th. Hendratri.
Dengan rincian : a. Bapak Lurah Semanggi 40 girik untuk Linmas.
b. Bapak RW 23, 160 girik untuk warga RT. 1, 2, 3, 4, dan 5.
Paket sembako siap di lokasi hari Minggu, 24 Januari 2010 pukul 07.00 WIB. Para guru dan karyawan siap di sekolah pukul 06.30 WIB dibantu oleh pengurus OSIS.
Pasar murah dimulai tepat pukul 08.00 WIB, diawali dengan sambutan ketua panitia dalam hal ini Bapak V. Danar Yustisianto. Secara simbolis Sr. M. Claudia, OSF menyerahkan paket sembako kepada ketua RW 23 dan Sr. M. Petra, OSF, S.Pd menyerahkan paket sembako kepada salah satu warga. Pasar murah berjalan lancar, tertib, dan meriah.
Para warga sangat antusias menyambut pasar murah ini, terbukti baru pukul 07.15 sudah ada warga yang datang ke lokasi pasar murah. Linmas yang berjumlah 6 orang dari kelurahan Semanggi sangat membantu kami, sehingga lokasi pasar murah yang berada di tepi jalan raya pun dapat tertib dan lancar.
Akhirnya sesuai dengan rencana, tepat pukul 10.00 WIB acara pasar murah dapat selesai dengan sukses








.












20100125

SEJARAH SINGKAT IBU MARIA MAGDALENA DAEMEN

1. Tunas semangat Deus Providebit

Semangat Deus Providebit – Tuhan akan menyelenggarakan – adalah dasar satu- satunya untuk tumbuh , berkembang dan menyebarnya tarekat Suster-suster Santo Fransiskus dari Tapa Denda dan Cinta Kasih Kristiani. Semangat ini diyakini dan dihayati sepenuhnya oleh seorang wanita sederhana yang menjadi pendiri tarekat. Ia adalah sebuah tunas yang muncul dan kemudian berkembang menjadi pohon yang besar, kokoh kuat dan bercabang- ranting dan berdaun rimbun. Di bawah pohon ini bernaunglah anak-anak manusia ynag mendambakan kasih dan sentuhan Tuhan.

2. Bayi itu diberi nama MariaCatharina Daemen

Nama yang indah dan sederhana ini mempunyai makna yang sangat penting bagi tarekat OSF. Seorang bayi mungil perempuan ini dilahirkan pada tanggal 19 Nopember 1787, Hora Prima Noctune sebagai putra sulung, dari orang tua bernama Bp. Cornelius Daemen dan Ibu Gertruida Van Bree, tempat tinggal di desa Ohe-en-Laak propinsi Limburg Belanda bagian tenggara.. Pembaptisan dilakukan di gereja Echt dalam cuaca badai salju dan udara dingin, orang tua kristiani sejati tidak mau menunda pembaptisan anak-anaknya dengan alasan yang kurang tepat. Buah hati harus segera dimasukkan dalam kalangan anak-anak-anak Allah.
Dalam perkembangan kehidupan dikemudian hari Maria Catharina menempatkan Bunda Maria menjadi pegangan yang kuat dalam menghadapi berbagai tantangan hidupnya. Maria Chatarina sungguh merupakan suatu nyanyian kegembiraan bagi seluruh anggota keluarga, masyarakat sekitar, bagi surga dan bumi. Pohon yang baik mneghasilkan buah yang baik. Buah yang baik itu adalah Maria Chatarina., ia berasal dari Cornelius dan Gertruida yang adalah pohon yang baik dan saleh. Kesalehan mereka dapat dilihat dari kesetiaan mereka terhadap ajaran gereja dan praktek-praktek keagamaan. Mereka berani dan rela mengorbankan kesenangan dan milik daripada kehilangan harta rohani. Maria Catharian dalam kesehariannya akrab dipanggil Trieneke. Kesalehan mereka juga tampak dalam sifat-sifat khusus petani yang senantiasa sabar, bekerja keras, sederhana, hemat dan terbuka terhadap Tuhan dan sesama manusia. Pribadi Maria catharina adalah pancaran dan jelmaan kesalehan kedua orang tuanya yang didukung oleh kesungguhan niatnya untuk menjadi buah yang sungguh-sungguh baik dan bermanfaat bagi berkembangnya kerajaan Allah di dunia.
Dalam rumah sangat sederhana Maria Catharina tumbuh dan berkembang ( 6 x 4 m), ayahnya petani yang rajin, ibunya mengasuh putrinya dengan kasih sayang dan perhatian yang khusus karena pertumbuhannya agak merisaukan hati kedua orang tuanya. Catharina memperoleh pelajaran rohani dari ibunya. Ia menyimpan itu dalam hatinya dan dijadikan pegangan bagi hidup selajutnya. Catharina mempunyai seorng adik perempuan bernama Johanna Daemen yang dipanggil akrab Jenneke. Dua anak kakak beradik ini bersama-sama tumbuh berkembang dalam curahan kasih saying kedua oaring tua mereka, mereka saliong mengasihi walaupun memilki watak kepribadian yang sangat berbeda. Masing-masing memiliki kelebihan untuk saling melengkapi. Catharina lebih senang berdoa, dengan pembawaan tenang, pendiam,dan perenung; sifat ini menyebabkan Catharina menjalankan hidup ini dengan sungguh-sungguh. Sering ia harus mengorbankan sifatnya demi mel;ayani adiknya yang gemar tertawa, bercanda ria dan menyenangi kehidupan dunia ini. Keceriaan dan kelincahan Yohanna membawa keduanya kealam terbuka untuk menikamati indahnya bunga-bunga, serangga, dan bahkan sering sekedar duduk-duduk untuk menghirup udara segar. Kedua kakak beradik sering pula mengunjungi sebuah kapel kecil dan sederhana yang didirikan untuk menghormati Santa Anna.
Masa usia sekoalh dilalui Catharina di Echt, ia belajar disekolah yang diselenggarakan oleh para pastor di Echt pada saat-saat damai. Pada saat kacau karena peperangan sekolah itu ditinggalkan terbengkelai begitu saja. Dalam keadaan serba kekurangan sara prasarana Catharina berusaha untuk belajar dan berdaya upaya agar memiliki pengetahuan yang memadaim bagi kehidupan masa depannya. Ahkirnya Catharina mampu membaca, menulis dengan tulisan yang lumayan bagus dan mmbuat pembukuan sendiri secara sederhana..
Catharina memang hidup dalam masa sulit dan kacau dalam bidang pendidikan, ekonomi, sosial dan keadaan hidup pada umumnya. Revolusi Perancis pecah saat Catharina dalam usia 2 tahun. Sejak masa kecil Catharina belajar mengalami kekurangan, kesusahan dan dalam hal-hal yang tidak menyenangkan Pengungsi Prancis dan para pimpinan berdatanganke negeri Belanda dan memenuhi Limburg, bersamaan dengan mereka berdatanganlah pula sekelompok besar uskup-uskup dan pastor-pastor Prancis. Mereka diterima denga simpati dan penuh keramahan oleh penduduk terutama yang beragama katholik. Situasi politik sungguh menggoncangkan hidup keagamaan, karena pelanggaran UU kebebasan beragama yang dikeluarkan tahun 1791 dilanggar. Contohnya tiga hari sebelum Natal thun1894 pasukan Prancis masuk kota kecil dan inginmenemui pastor dan pastor Dean Ghysen dipaksa untuk menyerahkan semua peralatan gereja yang terbuat dari emas dan perak milik kapel Schilberg. Permintaan itu dipenuhi setelah penjaga sangkristi menyembunyikan alat-alat yang penting. Para pastor yang tetap setia didukung sepenuhnya oleh umat yang saling menyemangati dengan semboyan Tuhan akan menyelenggarakan.
Catharina mengalami munculnya banyak biara aktif dan kontemplatif. Ordo-ordo komtemplatif pri dan wanita dibubarkan karena dinilai tidak melayani tujuan social, ekonomi dan politik kerja. Hanya ordo biarawati yang mengelola bidang kesehatan dan pendidikan diperbolehkan meneruskan karya mereka. Penduduk ikut menanggung penderitaan bersama biarawan biarawati. Prancis juga membubarkan biara-biara karena semata-mata benci terhadap agama.
Maria Catharina Daemen beljar dari pengalamannya meliohat banyak tantangan hidup yang dialami oleh penduduk desanya maupunorang tuanya sendiri. Ia menyaksdikan keberanian mereka mengambil keputusan sendiri dan dengan rela menanggung segala resiko, disaksikannya penduduk menyembunyikan pastor-pastor di rumah mereka untuk mengadakan pelayanan rohani, misalnya membaptis, dan melayani memberi hiburan orang-orang kepada orang-orang yang akan meninggal dunia. Pengalaman tersebut membantu Catharina yang pada waktu itu berumur 10 tahun untuk mulai memikirkan apa artinya menjadi seorang biarawati, seorang pelayan Tuhan.

3. Suster-suster Santo Fransiskus
Dari Tapa Denda dan Cinta Kasih Kristiani

Jalan panjang berliku dan penuh tantangan ditempuh Catharina untuk mewujudkan cita-citanya menjadi seorang biarawati. Tidak banyak yang bisa diharapkan dari rumah dan tempat tinggal orang tuanya untuk kehidupan masa depannya. Catharina harus keluar rumah seperti gadis pada zamannya untuk memulai kehidupan baru, ia harus mencari kerja. Penderitaan masa kecilnya lapar, banjir, prang, kenaikan harga dll; memacu dirinya untuk berbuat sesuatu yang lebih baik dan berguna bagi dirinya dan sesamanya. Sebagai persiapan awal ia bekerja keras memintal, merajut dan menjahit pakaian yang akan dibawa.
Semboyan Deus Providebit – Tuhan akan menyelenggarakan yang merupakan semangat orang-orang di desanya mengantar Catharina ke Maeseyck pd tahun 1903. terletak di tepi barat sungai Maas dua jam perjalanan dari Laak. Catharina sering pergi kegereja yang dekat dengan letak tempat kerjanya. Disini Catharina mengenal imam-imam Fransiskan Kapusin.
Tuhan memimpin Catharina lebih dekat untuk mengenal jalanNya. Pada tahun 1810 – 1817 Catharina tinggal di rumah paroki, dalam usia 23 th Catharina ingin membaktikab dirinya untuk kepentingan gereja, ia bekerja sebagai karyawan rumah paroki, ia semakin dikenal oleh tetangga-tetangganya.. Disini Catharina mengenal sendiri kehidupan para imam kapusin yang sungguh amat baik. Mereka dihormatio, desgani dan dicintai oleh seluruh masyarakat. Pusat perhatian mereka hanya terpusat pada doa. Tapa denda yang keras, pengabdian, yang tulus dan penyerahan diri yang totals adalah sikap dan semangat hidup mereka.
Sikap dan semangat hidup myangsma itu juga disebarkan kepada para awam dengan mendirikan Ordo Ketiga sekulir St. Fransiskus; satu diantara pengikutnya adalah Catharina yang menjalani hidup hidup seperti yang dijalankan oleh para imam, mereka dilarang memakai pakaian mewah




20100124

AWAL TAHUN PELAJARAN 2009/2010









Saya yakin bahwa saya menyentuh Kristus dalam rupa seorang kusta. Keyakinan itulah yang memberikan keberanian kepada saya”

Perempuan Eropa itu mengenakan kain sari , pakaian perempuan India , plus kerudung dengan salib kecil di dada sebelah kiri. Ia berjalan di sepanjang jalan daerah kumuh di Calccuta. Pemandangan di jalan itu memilukan . Ia melihat seorang perempuan yang sedang sekarat di tempat sampah. Tubuhnya sudah digerogoti tikus dan dikeurbuti semut. Perempuan itu sudahlebih menyerupai bangkai daripada manusia. Satu-satunya tanda kehidupan yang ada padanya hanyalah keluhan yang lemah hamper tidak terdengar. Ia berkata lirih, “ Anak saya yang membuang saya di tempat ini
“. Perempuan Eropa dengan kain sari plus kerudung kebiaraan siapa lagi kalu bukan Ibu Teresa. Ia membungkuk dan mengangkat tubuh yang sudah setengah bangkai itu. Ia membopongnya dalam gedongannya dan mencari rumah sakit terdekat untuk minta bantuan. Ia memang sampai di rumah sakit, tetapi jawabannya sudah bias diduga. Tidak ada tempat untuk mahluk malang itu , yang pasti tidak bisa melunasi ongkos perawatan.
Ibu Teresa bertahan. Ia tidak mau beranjak mundur dari situ sebelum orang yang sedang sekarat itu diterima dan dirawat. Akhirnya , perempuan itu diterima, meskipun nyawanya memang tidak bisa diselamatkan.
Kejadian itu bukanlah satu-satunya. Para gelandangan mati di jalan-jalan di Calccuta dan tidak satu hati pun yang terharu menyaksikannya. Akan tetapi, Ibu Teresa tak bisa tinggal diam. Ia mengumpulkan mereka, tetapi di mana harus ditampung ? Rumah sakit tidak punya tempat unutk mereka itu, yang betul-betul sakit . Ia pun menghadap Departemen Kesehatan Kota untuk minta tempat penampungan. Pemerintah kota mengijinkan dia memakai satu ruangan kosong yang bergandengan dengan kuil Dewi Kali, pelindung kota itu. Di situlah, orang-orang gelandangan ditampungnya. Ia memang yakin bahwa ia tidak mampu memulihkan nyawa semua orang itu, tetapi paling tidak, ia mau mendampingi mereka dengan penuh kasih agar mereka mati secara layak sebagi manusia dalam rangkulan seorang yang masih bias terharu dan bergetar hatinya karena kasih akan mereka. Hanya itu yang mau diberikan Ibu Teresa kepada mereka : hati yang bergetar dan kasih.
Yang dikerjakan Ibu Teresa dari Calccuta bukanlah sekedar karya social kemanusiaan seperti yang biasa dikerjakan juga oleh pemerintah, oleh orang Hindu dan Buddha, atau oleh para pembela hak-hak asasi manusia.Lebih dari itu. Apa yang dibuatnya adalah ibadat , penghayatan iman. “ Waktu saya menyentuh anggota badan seorang kusta yang seluruhnya bernanah, saya yakin bahwa saya sedang menyentuh tubuh Kristus, seperti ketika saya menyambut sakramen Tubuh-nya dalam Ekaristi. Saya yakin bahwa saya menyentuh Kristus dalam rupa seorang kusta. Keyakinan itulah yang memberikan keberanian kepada saya”