1. Tunas semangat Deus Providebit
Semangat Deus Providebit – Tuhan akan menyelenggarakan – adalah dasar satu- satunya untuk tumbuh , berkembang dan menyebarnya tarekat Suster-suster Santo Fransiskus dari Tapa Denda dan Cinta Kasih Kristiani. Semangat ini diyakini dan dihayati sepenuhnya oleh seorang wanita sederhana yang menjadi pendiri tarekat. Ia adalah sebuah tunas yang muncul dan kemudian berkembang menjadi pohon yang besar, kokoh kuat dan bercabang- ranting dan berdaun rimbun. Di bawah pohon ini bernaunglah anak-anak manusia ynag mendambakan kasih dan sentuhan Tuhan.
2. Bayi itu diberi nama MariaCatharina Daemen
Nama yang indah dan sederhana ini mempunyai makna yang sangat penting bagi tarekat OSF. Seorang bayi mungil perempuan ini dilahirkan pada tanggal 19 Nopember 1787, Hora Prima Noctune sebagai putra sulung, dari orang tua bernama Bp. Cornelius Daemen dan Ibu Gertruida Van Bree, tempat tinggal di desa Ohe-en-Laak propinsi Limburg Belanda bagian tenggara.. Pembaptisan dilakukan di gereja Echt dalam cuaca badai salju dan udara dingin, orang tua kristiani sejati tidak mau menunda pembaptisan anak-anaknya dengan alasan yang kurang tepat. Buah hati harus segera dimasukkan dalam kalangan anak-anak-anak Allah.
Dalam perkembangan kehidupan dikemudian hari Maria Catharina menempatkan Bunda Maria menjadi pegangan yang kuat dalam menghadapi berbagai tantangan hidupnya. Maria Chatarina sungguh merupakan suatu nyanyian kegembiraan bagi seluruh anggota keluarga, masyarakat sekitar, bagi surga dan bumi. Pohon yang baik mneghasilkan buah yang baik. Buah yang baik itu adalah Maria Chatarina., ia berasal dari Cornelius dan Gertruida yang adalah pohon yang baik dan saleh. Kesalehan mereka dapat dilihat dari kesetiaan mereka terhadap ajaran gereja dan praktek-praktek keagamaan. Mereka berani dan rela mengorbankan kesenangan dan milik daripada kehilangan harta rohani. Maria Catharian dalam kesehariannya akrab dipanggil Trieneke. Kesalehan mereka juga tampak dalam sifat-sifat khusus petani yang senantiasa sabar, bekerja keras, sederhana, hemat dan terbuka terhadap Tuhan dan sesama manusia. Pribadi Maria catharina adalah pancaran dan jelmaan kesalehan kedua orang tuanya yang didukung oleh kesungguhan niatnya untuk menjadi buah yang sungguh-sungguh baik dan bermanfaat bagi berkembangnya kerajaan Allah di dunia.
Dalam rumah sangat sederhana Maria Catharina tumbuh dan berkembang ( 6 x 4 m), ayahnya petani yang rajin, ibunya mengasuh putrinya dengan kasih sayang dan perhatian yang khusus karena pertumbuhannya agak merisaukan hati kedua orang tuanya. Catharina memperoleh pelajaran rohani dari ibunya. Ia menyimpan itu dalam hatinya dan dijadikan pegangan bagi hidup selajutnya. Catharina mempunyai seorng adik perempuan bernama Johanna Daemen yang dipanggil akrab Jenneke. Dua anak kakak beradik ini bersama-sama tumbuh berkembang dalam curahan kasih saying kedua oaring tua mereka, mereka saliong mengasihi walaupun memilki watak kepribadian yang sangat berbeda. Masing-masing memiliki kelebihan untuk saling melengkapi. Catharina lebih senang berdoa, dengan pembawaan tenang, pendiam,dan perenung; sifat ini menyebabkan Catharina menjalankan hidup ini dengan sungguh-sungguh. Sering ia harus mengorbankan sifatnya demi mel;ayani adiknya yang gemar tertawa, bercanda ria dan menyenangi kehidupan dunia ini. Keceriaan dan kelincahan Yohanna membawa keduanya kealam terbuka untuk menikamati indahnya bunga-bunga, serangga, dan bahkan sering sekedar duduk-duduk untuk menghirup udara segar. Kedua kakak beradik sering pula mengunjungi sebuah kapel kecil dan sederhana yang didirikan untuk menghormati Santa Anna.
Masa usia sekoalh dilalui Catharina di Echt, ia belajar disekolah yang diselenggarakan oleh para pastor di Echt pada saat-saat damai. Pada saat kacau karena peperangan sekolah itu ditinggalkan terbengkelai begitu saja. Dalam keadaan serba kekurangan sara prasarana Catharina berusaha untuk belajar dan berdaya upaya agar memiliki pengetahuan yang memadaim bagi kehidupan masa depannya. Ahkirnya Catharina mampu membaca, menulis dengan tulisan yang lumayan bagus dan mmbuat pembukuan sendiri secara sederhana..
Catharina memang hidup dalam masa sulit dan kacau dalam bidang pendidikan, ekonomi, sosial dan keadaan hidup pada umumnya. Revolusi Perancis pecah saat Catharina dalam usia 2 tahun. Sejak masa kecil Catharina belajar mengalami kekurangan, kesusahan dan dalam hal-hal yang tidak menyenangkan Pengungsi Prancis dan para pimpinan berdatanganke negeri Belanda dan memenuhi Limburg, bersamaan dengan mereka berdatanganlah pula sekelompok besar uskup-uskup dan pastor-pastor Prancis. Mereka diterima denga simpati dan penuh keramahan oleh penduduk terutama yang beragama katholik. Situasi politik sungguh menggoncangkan hidup keagamaan, karena pelanggaran UU kebebasan beragama yang dikeluarkan tahun 1791 dilanggar. Contohnya tiga hari sebelum Natal thun1894 pasukan Prancis masuk kota kecil dan inginmenemui pastor dan pastor Dean Ghysen dipaksa untuk menyerahkan semua peralatan gereja yang terbuat dari emas dan perak milik kapel Schilberg. Permintaan itu dipenuhi setelah penjaga sangkristi menyembunyikan alat-alat yang penting. Para pastor yang tetap setia didukung sepenuhnya oleh umat yang saling menyemangati dengan semboyan Tuhan akan menyelenggarakan.
Catharina mengalami munculnya banyak biara aktif dan kontemplatif. Ordo-ordo komtemplatif pri dan wanita dibubarkan karena dinilai tidak melayani tujuan social, ekonomi dan politik kerja. Hanya ordo biarawati yang mengelola bidang kesehatan dan pendidikan diperbolehkan meneruskan karya mereka. Penduduk ikut menanggung penderitaan bersama biarawan biarawati. Prancis juga membubarkan biara-biara karena semata-mata benci terhadap agama.
Maria Catharina Daemen beljar dari pengalamannya meliohat banyak tantangan hidup yang dialami oleh penduduk desanya maupunorang tuanya sendiri. Ia menyaksdikan keberanian mereka mengambil keputusan sendiri dan dengan rela menanggung segala resiko, disaksikannya penduduk menyembunyikan pastor-pastor di rumah mereka untuk mengadakan pelayanan rohani, misalnya membaptis, dan melayani memberi hiburan orang-orang kepada orang-orang yang akan meninggal dunia. Pengalaman tersebut membantu Catharina yang pada waktu itu berumur 10 tahun untuk mulai memikirkan apa artinya menjadi seorang biarawati, seorang pelayan Tuhan.
3. Suster-suster Santo Fransiskus
Dari Tapa Denda dan Cinta Kasih Kristiani
Jalan panjang berliku dan penuh tantangan ditempuh Catharina untuk mewujudkan cita-citanya menjadi seorang biarawati. Tidak banyak yang bisa diharapkan dari rumah dan tempat tinggal orang tuanya untuk kehidupan masa depannya. Catharina harus keluar rumah seperti gadis pada zamannya untuk memulai kehidupan baru, ia harus mencari kerja. Penderitaan masa kecilnya lapar, banjir, prang, kenaikan harga dll; memacu dirinya untuk berbuat sesuatu yang lebih baik dan berguna bagi dirinya dan sesamanya. Sebagai persiapan awal ia bekerja keras memintal, merajut dan menjahit pakaian yang akan dibawa.
Semboyan Deus Providebit – Tuhan akan menyelenggarakan yang merupakan semangat orang-orang di desanya mengantar Catharina ke Maeseyck pd tahun 1903. terletak di tepi barat sungai Maas dua jam perjalanan dari Laak. Catharina sering pergi kegereja yang dekat dengan letak tempat kerjanya. Disini Catharina mengenal imam-imam Fransiskan Kapusin.
Tuhan memimpin Catharina lebih dekat untuk mengenal jalanNya. Pada tahun 1810 – 1817 Catharina tinggal di rumah paroki, dalam usia 23 th Catharina ingin membaktikab dirinya untuk kepentingan gereja, ia bekerja sebagai karyawan rumah paroki, ia semakin dikenal oleh tetangga-tetangganya.. Disini Catharina mengenal sendiri kehidupan para imam kapusin yang sungguh amat baik. Mereka dihormatio, desgani dan dicintai oleh seluruh masyarakat. Pusat perhatian mereka hanya terpusat pada doa. Tapa denda yang keras, pengabdian, yang tulus dan penyerahan diri yang totals adalah sikap dan semangat hidup mereka.
Sikap dan semangat hidup myangsma itu juga disebarkan kepada para awam dengan mendirikan Ordo Ketiga sekulir St. Fransiskus; satu diantara pengikutnya adalah Catharina yang menjalani hidup hidup seperti yang dijalankan oleh para imam, mereka dilarang memakai pakaian mewah